Rabu, 26 Agustus 2015

Lihat Bagaimana Indonesia dan China Menghadapi Krisis Financial



Dalam pidatonya di sidang umum MPR/DPR, Presiden Jokowi menargetkan kurs rupiah terhadap dolar Rp13.400 pada awal 2016. Menanggapi target ini, David mengatakan, angka ini masih sulit untuk dicapai karena kondisi-kondisi fundamentalnya yang masih lemah.

Kondisi darurat

Sementara itu, pengamat mata uang Farial Anwar menjelaskan bahwa meski ada faktor eksternal yang bermain seperti spekulasi kenaikan suku bunga di AS dan devaluasi yuan, namun kurs rupiah yang sudah mencapai Rp14.050 harus dilihat sebagai kondisi darurat.

"Ini level rupiah sudah oversold, undersell. Sudah tidak ada pembenaran yang menyebutkan kurs rupiah ini bagus untuk perekonomian Indonesia. Sudah tidak ada lagi hubungannya dengan fundamental ekonomi. Sudah lebih banyak diguncang oleh permainan spekulator. Apakah kejatuhan saham ini masih akan berhenti atau terus berlanjut? Ini jadi pertanyaan besar," kata Farial.

Yang terjadi saat ini adalah hot money yang masuk ke Indonesia sedang melakukan aksi jual sehingga IHSG jatuh tajam, dari tertinggi 5523 di bulan April, sampai menembus 4300. Rupiah yang diperoleh dari aksi penjualan ini dibelikan dolar sehingga terjadi permintaan tinggi terhadap dolar dan nilai tukar sampai menembus Rp14.050.

Selain itu, meski Bank Indonesia sudah menerapkan peraturan yang akan mewajibkan transaksi dalam negeri untuk menggunakan rupiah namun peraturan itu belum berjalan efektif. Maka ada transaksi-transaksi dolar yang tidak ada kaitannya dengan luar negeri, seperti di industri migas, listrik, pertambangan, sewa mal, perkantoran, dan biaya konsultan yang menambah permintaan pada dolar.

Farial juga memuji langkah Bank Indonesia yang menurunkan pembatasan pembelian dolar, dari maksimal US$100 ribu per bulan menjadi maksimal US$25 ribu per bulan dengan harapan bisa menekan permintaan terhadap dolar.

'Di luar garis'

Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (24/8) mengatakan, perlambatan ekonomi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga negara-negara tetangga.

Menurutnya, beberapa penyebabnya perlambatan ekonomi adalah depresiasi yuan dan jadi-tidaknya rencana kenaikan suku bunga di AS. "Kita antisipasi bersama. Semuanya harus mempunyai pemikiran yang sama dan kepatuhan terhadap garis yang nanti akan kita sampaikan, apa yang harus kita lakukan. Jangan sampai kita sudah memberikan garis, nanti masih ada yang di luar garis," kata Presiden.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga sebelumnya menyatakan akan mencegah mengalirnya dana dari Sertifikat Berharga Negara dengan mendorong pasar sekunder.

 Dari sisi pergerakan saham dan rupiah, Bambang melihatnya sebagai tindakan irasional untuk mencari safe haven sementara, dan dolar Amerika dianggap sebagai opsi teraman.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meminta agar para eksportir untuk melepas valuta asing untuk mencegah tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai rupiah pada penutupan pasar Senin sore menembus angka Rp14.049 per dolar AS, terendah sejak Juli 1998.

Seperti diberitakan media, Agus mengatakan pelepasan valuta asing diharapkan dapat menyeimbangkan pengeluaran dan permintaan seimbang dan mencegah rupiah tertekan lebih dalam. BI juga membatasi pembelian valuta asing menjadi 25.000 dollar AS dari 100.000 dollar AS untuk transaksi tanpa underlying atau keperluan tertentu.

Menanggapi, permintaan Bank Indonesia pada  pengusaha untuk melepas dollar, Yanuar mengatakan terlalu normatif apalagi persoalan ekonomi ini sudah dapat diperkirakan dari dampak uang banyaknya dollar yang beredar karena Indonesia merupakan negara importir. Termasuk untuk kebutuhan pangan, seperti beras dan gula.

Antisipasi bersama

Presiden Joko Widodo mengumpulkan menteri-menteri ekonomi dan para pengusaha untuk membahas langkah antisipasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS di Istana Bogor, Senin (24/08).
 
Ia mengatakan pelemahan mata uang dan perlambatan ekonomi juga dialami oleh negara-negara lain, akibat devaluasi mata uang Cina yuan dan rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS.

"Kita antisipasi bersama. Semuanya harus mempunyai pemikiran yang sama dan kepatuhan terhadap garis yang nanti akan kita sampaikan, apa yang harus kita lakukan. Jangan sampai kita sudah memberikan garis, nanti masih ada yang di luar garis," jelas Jokowi di Istana Bogor.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui pilihan pemerintah untuk memulihkan kondisi ekonomi sangat terbatas. "Yang dilakukan pemerintah pilihan-pilihan tidak banyak, memperkuat ekonomi domestik kita dengan cara stimulus pemerintah lebih cepat, mengurangi impor kebutuhan pokok seperti beras gula, terigu atau hasil industri, ketiga maka kita tingkatkan industri dalam negeri untuk penuhi kebutuhan nasional sehingga mengurangi impor kita juga, meningkatkan produksi pertanian ujungnya. Itu ruang yang ada karena yang lain itu sangat terbatas," jelas Jusuf Kalla, Jumat (21/08). (BBC Indonesia)

Bagaimana dengan China?

Bank Sentral Cina terus melanjutkan langkah-langkah ekonomi untuk mencegah krisis finansial di negara ini. Bank Sentral Cina pada Rabu 26 Agustus merilis pernyataan tingkat suku bunga pinjaman dan deposito akan diturunkan hingga 25 poin sehingga membantu perusahaan dan pabrik untuk meningkatkan produksi serta mereduksi resiko perdagangan dan produksi di negara ini.  

Para pejabat Cina menjelaskan bahwa pengurangan suku bunga juga untuk mencegah aksi perusakan harga di pasar yang menurut pemerintah Beijing, ada rencana-rencana untuk menciptakan gejolak dalam perekonomian Cina.

Fluktuasi di pasar saham Cina serta anjloknya indeks hingga sembilan persen dalam beberapa hari terakhir, merupakan yang terburuk dalam delapan tahun terakhir, hingga memaksa Bank Sentral Cina untuk menurunkan suku bunga.

Penurunan suku bunga itu akan memberi peluang lebih besar untuk perputaran dana cair dalam masyarakat, sekaligus mencegah 20 juta investor yang menarik saham mereka dari pasar bursa untuk beralih ke deposito.

Bersamaan dengan kebijakan tersebut, polisi Cina juga meningkatkan operasi menindak kejahatan pencucian uang dan lembaga-lembaga finansial ilegal termasuk bank-bank “bawah tanah” di negara ini, yang menurut para pejabat Beijing, mereka berusaha merusak sistem ekonomi negara.

Perdana Menteri Cina, Le Keqiang, mengakui terpuruknya perekonomian Cina, dan menyinggung berbagai ancaman serius dari dalam dan luar negeri terhadap perekomian negaranya. Ditegaskannya bahwa nilai tukar yuan di hadapan dolar Amerika Serikat,  dalam beberapa waktu terakhir melemah tiga persen sehingga membantu sektor ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Namun menurutnya, tidak ada lagi alasan untuk menurunkan kembali nilai tukar yuan.

Cina selama ini mendapat tekanan dari Amerika Serikat untuk meningkatkan nilai tukar yuan, akan tetapi Beijing menyatakan bahwa perubahan tersebut diserahkan pada kondisi pasar. Perdana Menteri Cina menyebut perubahan tiga persen nilai tukar yuan itu sebagai reformasi pasar dan menekankan kestabilan nilai tukar tersebut.

Mengingat pereknomian Cina sebagai salah satu faktor pertumbuhan ekonomi dunia, sangat penting untuk banyak kekuatan ekonomi dan bahkan perusahaan-perusahaan dunia, maka masalah yang muncul juga akan mempengaruhi perekonomian global. Sekarang perhatian dunia sedang terfokus pada upaya dan langkah-langkah pemerintah Cina.

Meski banyak negara optimis pemerintah Cina akan mampu mengatasi krisis finansial menghadapi berbagai ancaman yang ada, namun para pengamat berpendapat bahwa antisipasi krisis kali ini sangat menyulitkan pemerintah Beijing. Meski selama ini Cina menghadapi tekanan dari Amerika Serikat untuk melakukan reformasi kebijakan, akan tetapi krisis kali ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor dalam negeri. Menurut analis ekonomi, krisis saat ini adalah imbas dari politik pemerintah Beijing untuk memberantas korupsi khususnya di tingkat tinggi.(IRIB Indonesia/MZ)