Bursa utama AS berakhir turun pada transaksi perdagangan akhir pekan, terdorong oleh penurunan tak terduga dari angka penjualan property AS dan laporan kinerja keuangan emiten yang minus. Menurunnya harga dari produk2 ditambah dengan lemahnya data manufakur dari China yang melorot ke level terendahnya dalam 15 bulan terakhir, turut menjadi faktor negatif yang menyulitkan kondisi pasar. Dow Jones berakhir melemah menjadi 163,39 poin (-0,92%) ke 17.568,53, S&P 500 anjlok 22,5 poin (-1,07%) ke 2.079,65 dan Nasdaq jatuh 57,78 poin (-1,12%) ke 5.088,63. Maka sepanjang pekan kemaren Wall Street mengalami penurunan mingguan yang cukup besar, dengan Dow Jones anjlok -2,86%, S&P 500 jatuh -2,21%, dan Nasdaq turun -2,33%.
Sedangkan dari dalam negeri, IHSG di tutup turun 46,25 poin (-0,94%) ke level 4.856,595 di akhir pekan, dengan investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp. 212 milyar dipasar reguler. Pasca libur lebaran, IHSG tercatat mengalami pelemahan -0,27% sepanjang pekan, dengan dana asing yang keluar dari bursa sekitar Rp. 240 milyar dalam 3 hari perdagangan pekan kemaren.
Issue utama yang akan menggerakan market pada pekan depan adalah FOMC meeting yang akan membahas arah jangka pendek dari kebijakan moneter AS, sehingga memperoleh sinyal yang lebih jelas mengenai kenaikan suku bunga AS. Ketua The Fed Janet Yellen dan beberapa pejabat senior Fed lainnya, dalam beberapa kesempatan terakhir menyatakan bahwa tingkat suku bunga acuan AS akan naik tahun ini, jika ekonominya terus berkembang. Sementara rilis data ekonomi AS akhir-akhir ini cukup bagus, sehingga semakin meningkatkan spekulasi pasar akan kenaikan suku bunga AS jelang akhir tahun ini.
Kondisi IHSG belum banyak mengalami pergeseran angka, sama dengan saat sebelum libur lebaran. IHSG terlihat masih bergerak sideways melemah di dalam short term down trend channelnya setelah membentuk lower high dan lower low. Indikator teknikal terlihat bergerak mixed. Stochastic kembali death cross, sedangkan MACD masih cenderung naik di bawah centreline. Dari kondisi tersebut, secara short term IHSG masih mengalami konsolidasi.
“Namun perlu diwaspadai jika sampai IHSG turun menembus ke bawah support short term down trend channelnya di bawah level 4800. Penembusan level support tersebut berpeluang membuat IHSG masuk dalam trend bearish, dengan target terdekat di 4703 hingga 4627. Nantinya jika tekanan jual berlanjut, maka IHSG berpeluang menuju target berikutnya di 4505″
Sentimen negatif minggu lalu yaitu penurunan harga komoditas dan pelemahan nilai tukar rupiahsampai pada pekan depan. Hasil rapat FOMC dipublikasikan, atau adanya kepastian dari bank sentral AS tentang waktu dan laju normalisasi kebijakan moneter (kenaikan Fed Fund Rate). Apalagi untuk pekan depan kondisi pasar akan kembali normal, setelah investor kembali dari libur panjang lebaran sehingga jika IHSG turun, maka tekanan jual akan makin besar.
Laporan kinerja keuangan emiten kwartal II yang akan diterbitkan pada pekan depan juga menjadi perhatian para pelaku pasar. Perkiraan rilis kinerja keuangan kwartal II masih kurang baik akibat perlambatan terhadap prospek kinerja emiten. Saat ini investor menunggu issue reshuffle kabinet dan arah kebijakan pemerintah dalam menangani ketidakpastian kondisi global jelang kenaikan suku bunga The Fed, terutama dalam menahan gejolak melemahnya nilai tukar rupiah.
Belum terjadinya sentimen positif, ditengah ketidakpastian kondisi global dan semakin banyaknya sentimen negatif yang berkeliaran menuntut kita untuk tetap melakukan safe trading. Disarankan untuk trader tetap berhati-hati dalam menerapkan strategi trading jangka pendek. Sementara bagi investor sendiri, akan lebih bijaksana untuk melakukan wait & see sambil menunggu arah perkembangan pasar.