Kondisi
darurat
Sementara itu, pengamat mata uang
Farial Anwar menjelaskan bahwa meski ada faktor eksternal yang bermain seperti
spekulasi kenaikan suku bunga di AS dan devaluasi yuan, namun kurs rupiah yang sudah
mencapai Rp14.050 harus dilihat sebagai kondisi darurat.
"Ini level rupiah sudah oversold,
undersell. Sudah tidak ada pembenaran yang menyebutkan kurs rupiah ini
bagus untuk perekonomian Indonesia. Sudah tidak ada lagi hubungannya dengan
fundamental ekonomi. Sudah lebih banyak diguncang oleh permainan spekulator.
Apakah kejatuhan saham ini masih akan berhenti atau terus berlanjut? Ini jadi
pertanyaan besar," kata Farial.
Yang terjadi saat ini adalah hot
money yang masuk ke Indonesia sedang melakukan aksi jual sehingga IHSG
jatuh tajam, dari tertinggi 5523 di bulan April, sampai menembus 4300. Rupiah yang diperoleh dari aksi
penjualan ini dibelikan dolar sehingga terjadi permintaan tinggi terhadap dolar
dan nilai tukar sampai menembus Rp14.050.
Selain itu, meski Bank Indonesia
sudah menerapkan peraturan yang akan mewajibkan transaksi dalam negeri untuk
menggunakan rupiah namun peraturan itu belum berjalan efektif. Maka ada transaksi-transaksi dolar
yang tidak ada kaitannya dengan luar negeri, seperti di industri migas,
listrik, pertambangan, sewa mal, perkantoran, dan biaya konsultan yang menambah
permintaan pada dolar.
Farial juga memuji langkah Bank
Indonesia yang menurunkan pembatasan pembelian dolar, dari maksimal US$100 ribu
per bulan menjadi maksimal US$25 ribu per bulan dengan harapan bisa menekan
permintaan terhadap dolar.
'Di
luar garis'
Presiden Joko Widodo di Istana
Kepresidenan Bogor, Senin (24/8) mengatakan, perlambatan ekonomi tidak hanya
terjadi di Indonesia tapi juga negara-negara tetangga.
Menurutnya, beberapa penyebabnya
perlambatan ekonomi adalah depresiasi yuan dan jadi-tidaknya rencana kenaikan
suku bunga di AS. "Kita antisipasi bersama.
Semuanya harus mempunyai pemikiran yang sama dan kepatuhan terhadap garis yang
nanti akan kita sampaikan, apa yang harus kita lakukan. Jangan sampai kita
sudah memberikan garis, nanti masih ada yang di luar garis," kata Presiden.
Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro juga sebelumnya menyatakan akan mencegah mengalirnya dana dari
Sertifikat Berharga Negara dengan mendorong pasar sekunder.
Dari sisi pergerakan saham dan
rupiah, Bambang melihatnya sebagai tindakan irasional untuk mencari safe
haven sementara, dan dolar Amerika dianggap sebagai opsi teraman.
Gubernur Bank Indonesia Agus
Martowardojo meminta agar para eksportir untuk melepas valuta asing untuk
mencegah tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai rupiah
pada penutupan pasar Senin sore menembus angka Rp14.049 per dolar AS, terendah
sejak Juli 1998.
Seperti diberitakan media, Agus
mengatakan pelepasan valuta asing diharapkan dapat menyeimbangkan pengeluaran
dan permintaan seimbang dan mencegah rupiah tertekan lebih dalam. BI juga
membatasi pembelian valuta asing menjadi 25.000 dollar AS dari 100.000 dollar
AS untuk transaksi tanpa underlying atau keperluan tertentu.
Menanggapi, permintaan Bank
Indonesia pada pengusaha untuk melepas
dollar, Yanuar mengatakan terlalu normatif apalagi persoalan ekonomi ini sudah
dapat diperkirakan dari dampak uang banyaknya dollar yang beredar karena
Indonesia merupakan negara importir. Termasuk untuk kebutuhan pangan, seperti
beras dan gula.
Antisipasi
bersama
Presiden Joko Widodo mengumpulkan
menteri-menteri ekonomi dan para pengusaha untuk membahas langkah antisipasi
pelemahan rupiah terhadap dolar AS di Istana Bogor, Senin (24/08).
Ia mengatakan pelemahan mata uang
dan perlambatan ekonomi juga dialami oleh negara-negara lain, akibat devaluasi
mata uang Cina yuan dan rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS.
"Kita antisipasi bersama.
Semuanya harus mempunyai pemikiran yang sama dan kepatuhan terhadap garis yang
nanti akan kita sampaikan, apa yang harus kita lakukan. Jangan sampai kita sudah
memberikan garis, nanti masih ada yang di luar garis," jelas Jokowi di
Istana Bogor.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui
pilihan pemerintah untuk memulihkan kondisi ekonomi sangat terbatas. "Yang
dilakukan pemerintah pilihan-pilihan tidak banyak, memperkuat ekonomi domestik
kita dengan cara stimulus pemerintah lebih cepat, mengurangi impor kebutuhan
pokok seperti beras gula, terigu atau hasil industri, ketiga maka kita
tingkatkan industri dalam negeri untuk penuhi kebutuhan nasional sehingga
mengurangi impor kita juga, meningkatkan produksi pertanian ujungnya. Itu ruang
yang ada karena yang lain itu sangat terbatas," jelas Jusuf Kalla, Jumat
(21/08). (BBC Indonesia)
Bagaimana
dengan China?
Bank Sentral Cina terus melanjutkan
langkah-langkah ekonomi untuk mencegah krisis finansial di negara ini. Bank
Sentral Cina pada Rabu 26 Agustus merilis pernyataan tingkat suku bunga
pinjaman dan deposito akan diturunkan hingga 25 poin sehingga membantu
perusahaan dan pabrik untuk meningkatkan produksi serta mereduksi resiko
perdagangan dan produksi di negara ini.
Para pejabat Cina menjelaskan bahwa
pengurangan suku bunga juga untuk mencegah aksi perusakan harga di pasar yang
menurut pemerintah Beijing, ada rencana-rencana untuk menciptakan gejolak dalam
perekonomian Cina.
Fluktuasi di pasar saham Cina serta
anjloknya indeks hingga sembilan persen dalam beberapa hari terakhir, merupakan
yang terburuk dalam delapan tahun terakhir, hingga memaksa Bank Sentral Cina
untuk menurunkan suku bunga.
Penurunan suku bunga itu akan
memberi peluang lebih besar untuk perputaran dana cair dalam masyarakat,
sekaligus mencegah 20 juta investor yang menarik saham mereka dari pasar bursa
untuk beralih ke deposito.
Bersamaan dengan kebijakan
tersebut, polisi Cina juga meningkatkan operasi menindak kejahatan pencucian
uang dan lembaga-lembaga finansial ilegal termasuk bank-bank “bawah tanah” di
negara ini, yang menurut para pejabat Beijing, mereka berusaha merusak sistem
ekonomi negara.
Perdana Menteri Cina, Le Keqiang,
mengakui terpuruknya perekonomian Cina, dan menyinggung berbagai ancaman serius
dari dalam dan luar negeri terhadap perekomian negaranya. Ditegaskannya bahwa
nilai tukar yuan di hadapan dolar Amerika Serikat, dalam beberapa waktu
terakhir melemah tiga persen sehingga membantu sektor ekspor dan pertumbuhan
ekonomi. Namun menurutnya, tidak ada lagi alasan untuk menurunkan kembali nilai
tukar yuan.
Cina selama ini mendapat tekanan
dari Amerika Serikat untuk meningkatkan nilai tukar yuan, akan tetapi Beijing
menyatakan bahwa perubahan tersebut diserahkan pada kondisi pasar. Perdana
Menteri Cina menyebut perubahan tiga persen nilai tukar yuan itu sebagai
reformasi pasar dan menekankan kestabilan nilai tukar tersebut.
Mengingat pereknomian Cina sebagai
salah satu faktor pertumbuhan ekonomi dunia, sangat penting untuk banyak
kekuatan ekonomi dan bahkan perusahaan-perusahaan dunia, maka masalah yang
muncul juga akan mempengaruhi perekonomian global. Sekarang perhatian dunia
sedang terfokus pada upaya dan langkah-langkah pemerintah Cina.
Meski banyak negara optimis
pemerintah Cina akan mampu mengatasi krisis finansial menghadapi berbagai
ancaman yang ada, namun para pengamat berpendapat bahwa antisipasi krisis kali
ini sangat menyulitkan pemerintah Beijing. Meski selama ini Cina menghadapi
tekanan dari Amerika Serikat untuk melakukan reformasi kebijakan, akan tetapi
krisis kali ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor dalam negeri. Menurut
analis ekonomi, krisis saat ini adalah imbas dari politik pemerintah Beijing
untuk memberantas korupsi khususnya di tingkat tinggi.(IRIB Indonesia/MZ)